A. METODE KRITIK TYPCAL
Kritik Tipikal/Kritik Tipical (Typical
Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada kritik Kritik
Normatif (Normative Criticism). Kritik Tipikal yaitu metode kritik
dengan membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis
lainnya, dalam hal ini bangunan publik.
Studi tipe bangunan saat ini telah
menjadi pusat perhatian teoritikus dan sejarawan arsitektur karena
desain menjadi lebih mudah dengan mendasakannya pada type yang telah
standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada
kualitas, fungsi (utility) dan ekonomi lingkungan arsitektur yang telah
terstandarisasi dan terangkum dalam satu typologi.
B. GREEN BUILDING
Green building adalah ruang untuk hidup
dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus merupakan bangunan yang hemat
energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan penggunaan yang dampak
terhadap lingkungannya sangat minim.
Masyarakat memahami green building yang
dijelaskan dalam Bulan Mutu Nasional dan Hari Standar Dunia (2008),
sebagai bangunan yang:
- Terintegrasi dengan alam
- Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka panjang
- Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial
Green building dirancang secara keseluruhan untuk mengurangi dampak lingkungan pada kesehatan manusia yaitu dengan:
- Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya
- Melindungi kesehatan karyawan dan meningkatkan produktivitas kerja
- Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
Untuk mengurangi penggunaan energi
operasi, penggunaan jendela yang se-efisiensi mungkin dan insulasi pada
dinding, plafon atau tempat masuknya aliran udara ke dalam bangunan
gedung. Strategi lain desain bangunan surya pasif, sering dilaksanakan
di rumah-rumah rendah energi. Penempatan jendela yang efektif
(pencahayaan) dapat memberikan cahaya lebih alami dan mengurangi
kebutuhan penerangan listrik di siang hari. Adapun manfaat apabila kita
menerapkan konsep GreenBuilding adalah :
- Bangunan lebih awet dan tahan lama, dengan perawatan minimal
- Efisiensi energi menyebabkan pengeluaran uang lebih efektif
- Bangunan lebih nyaman untuk ditinggali
- Mendapatkan kehidupan yang sehat
- Ikut berperan serta dalam kepedulian terhadap lingkungan Efisiensi energy pada bangunan Green Building merupakan salah satu bentuk respon masyarakat dunia akan perubahan iklim.
Praktek Bangunan Hijau ini mempromosikan
bahwa perbaikan perilaku (dan teknologi) terhadap bangunan tempat
aktivitas hidupnya dapat menyumbang banyak untuk mengatasi pemanasan
global. Bangunan/gedung adalah penghasil terbesar (lebih dari 30%) emisi
global karbon dioksida, salah satu penyebab utama pemanasan global.
Saat ini Amerika, Eropa, Kanada dan Jepang mengkontribusi sebagian besar
emisi gas rumah kaca, namun situasi akan berubah secara dramatis di
masa depan. Pertumbuhan penduduk di Cina, India, Asia Tenggara, Brazil
dan Rusia menyebabkan emisi CO2 bertambah dengan cepat. Pembangunan di
Indonesia meningkatkan kontribusi CO2 secara signifikan. Hal ini akan
memperburuk kondisi lingkungan Indonesia pun kondisi lingkungan global.
wacana GBC Indonesia menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Bangunan
Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang
disebut GREENSHIP GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA.
D. GEDUNG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Gedung Kementerian PU adalah bangunan
yang menggunakan konsep Green Building di Indonesia. Gedung Kementerian
PU terletak di Jl. Pattimura no. 20, Kebayoran Baru Jakarta. Penerapan
aspek Green Building dari segi design bangunan lain :
1. Bentuk dan Orientasi Bagunan
Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan Umum
memiliki bentuk massa bangunan yang tipis, baik secara vertikal maupun
horizontal. Sisi tipis di puncak gedung didesain agar mampu menjadi
shading bagi sisi bangunan dibawahnya sehingga dapat membuat bagian
tersebut menjadi lebih sejuk. Pada desain gedung ini memiliki area
opening yang lebih banyak di sisi timur. hal ini dikarenakan cahaya pada
sore hari (matahari barat) lebih bersifat panas dan menyilaukan.
2. Shading & Reflektor
Shading light shelf bermanfaat mengurangi
panas yang masuk ke dalam gedung namun tetap memasukan cahaya dengan
efisien. Dengan light shelf, cahaya yang masuk kedalam bangunan
dipantulkan ke ceilin. Panjang shading pada sisi luar light shelf
ditentukan sehingga sinar matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia
di dalamnya. Cahaya yang masuk dan dipantulkan ke ceiling tidak akan
menyilaukan namun tetap mampu memberikan cahaya yang cukup.
3. Sistem Penerangan
Sistem penerangan dalam bangunan
menggunakan intelegent lighting system yang dikendalikan oleh main
control panel sehingga nyala lampu dimatikan secara otomatis oleh motion
sensor & lux sensor. Dengan begitu, penghematan energy dari
penerangan ruang akan mudah dilakukan.
4. Water Recycling System
Water Recycling System berfungsi untuk
mengolah air kotor dan air bekas sehingga dapat digunakan kembali untuk
keperluan flushing toilet ataupun sistem penyiraman tanaman. Dengan
sistem ini, penggunaan air bersih dapat dihemat dan menjadi salah satu
aspek penting untuk menunjang konsep green building.
https://www.academia.edu/12268759/Kritik_arsitektur_-_analisis_bangunan_publik
http://e-journal.uajy.ac.id/3077/3/2TS12331.pdf
(www.indonesian.cri.cn, Januari 2009).
http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building,
http://penataanruang.pu.go.id/
http://reselected.blogspot.co.id/2011/09/konsep-green-building-pada-proyek.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar