Senin, 17 November 2014

TRAGEDI RUNTUHNYA JEMBATAN PENGHUBUNG DI TIM DAN PASAL PASAL YANG TERKAIT DALAM TRAGEDI TERSEBUT



Kronologis kejadian di jembatan TIM 

JAKARTA, KOMPAS.com — Jembatan penghubung Gedung Arsip dan Perpustakaan DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki ambruk. Peristiwa itu menewaskan empat orang dan lima orang lainnya terluka berat, yang langsung dilarikan ke Rumah Sakit PGI Cikini.

Menurut Supri (35), salah satu pekerja bangunan di sana, ambruknya jembatan penghubung terjadi sekitar pukul 06.00. "Tadi pagi kayak ada gempa gitu. Kedengaran banget suaranya," kata dia, Jumat (31/10/2014).

Salah satu petugas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Pusat, Sudarno, mengatakan, pihaknya menerima laporan sekitar pukul 06.00. Hingga saat ini belum dipastikan penyebabnya dari robohnya jembatan.

Namun, ia memperkirakan ambruknya jembatan diakibatkan oleh tidak adanya penyangga yang kuat pada konstruksi bangunan tersebut. "Belum ada penyangganya, makanya roboh," kata dia.

Penyangga, kata dia, belum dipasang karena jalan yang berada di bawah jembatan masih sering digunakan untuk akses jalan. Maka, proses pengecoran yang dilakukan pada Kamis (30/10/2014) malam menambah beban pada jembatan dan akibatnya bangunan pun roboh.

Hingga pukul 12.00, tim penolong masih mencari dua orang tewas yang masih berada di antara puing-puing. Sementara itu, korban tewas lainnya dibawa ke kamar mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk keperluan visum dan otopsi.

Pantauan Kompas.com di lokasi kejadian, bangunan jembatan yang baru berupa kerangka tampak amburadul. Kayu-kayu dan besi bangunan setinggi sekitar 10 meter yang ambrol berserakan di tanah. Sekitar bangunan tersebut sudah dipasang garis polisi.

Beberapa mobil pemadam kebakaran tampak terparkir di depan bangunan yang berada persis di samping Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta tersebut.

Pasal yang terkandung 

Pasal 23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi menyatakan bahwa:
1. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran.
2. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
3. Para pihak dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan untuk menjamin berlangsungnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
4. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Skripsi ini mencoba mengangkat masalah bencana yang diakibatkan oleh kelalaian manusia yaitu kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal (math). Alokasi dana pemeliharaan jembatan 

Kesimpulan permasalan terhadap tragedi

Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, penganalisaan, serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka saya akan menyimpulkan sbg brkt :
        Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.
        Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang tindak pidana meliputi pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, cu/pa, pengertian dan unsur pertanggungjawaban pidana meliputi pengertian pertanggungjawaban pidana, unsur-unsur pertanggung jawaban pidana, kemampuan bertanggung jawab, kesengajaan, bencana meliputi pengertian bencana, jenis-jenis bencana dan aspek hukum pidana terjadinya bencana, serta kebijakan anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan sarana umum .
        Dalam bab ini penulis akan menguraikan secara singkat tentang simpulan akhir dan pembahasan dan jawaban atas rumusan permasalahan dan diakhiri dengan saran-saran yang didasarkan atas hasil keseluruha.

PENJELASAN DAN PENGAPLIKASIAN HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN DALAM ARSITEKTUR

PENGERTIAN HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN DAN APLIKASINYA

Sebagai seorang arsitek atau sebagai pelaku dalam pembangunan suatu proyek, selayaknya kita harus mengetahui tata aturan, perundang – undangan yang berlaku. Kita harus mengetahui langkah – langkah dalam tata tertib untuk melaksanakan pembangunan dan mengikutinya sesuai undang – undang agar proyek pembangunan yang sedang kita laksanakan berjalan lancar tanpa adanya hambatan hukum.

A. PENGERTIAN HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN
1. PENGERTIAN
  • HUKUM
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), hukum adalah
(1) Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
(2) Undang – undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat.
(3) Keputusan (pertimbangan) yg ditetapkan oleh hakim.
  • PRANATA
(1) Interaksi antar individu/kelompok/kumpulan, pengertian individu dalam satu kelompok dan pengetian individu dalam satu perkumpulan memiliki makna yang berbeda.
(2) Pranata adalah kelembagaan, mekanisme, sistem dan perangkat, agar tujuan pembangunan  dapat dicapai.
  • PEMBANGUNAN
Perubahan individu/kelompok dalam kerangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan hidup.
Pengertian Hukum Pranata Pembangunan secara keseluruhan adalah suatu peraturan interaksi pelaku pembangunan untuk menghasilkan tata ruang suatu daerah menjadi lebih berkualitas dan kondusif.Hukum pranata pembangunan untuk menyempurnakan tatanan pembangunan pemukiman yang lebih teratur,berkualitas dan berkondusif bagi pengguna dan pemerintah daerah.
Pelaku pembangunan meliputi arsitek, pengembang, kontraktor, dinas tata kota, dan bada hukum.


2. EMPAT UNSUR HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN
  • MANUSIA
Manusia adalah unsur utama dalam pelaksanaan pembangunan. Tenaga pikiran dan tenaga kerja merupakan penentu pengembangan pembangunan.
  • SUMBER DAYA ALAM
SDA merupakan sumber terpenting, karena segala kebutuhan bahan material yang diperlukan dalam pembangunan berasal dari  ketersediaan dan ketercukupan sumber daya alam yang ada di bumi.
  • MODAL
Modal merupakan aspek terpenting dalam pengembangan pembangunan, dimana semakin tersedianya atau banyaknya modal, semakin pesat dan maju perkembangan pembangunan.
  • TEKNOLOGI
Teknologi dari tahun ke tahun semakin pesat dan canggih. Dalam hal pembangunan pun semakin canggih teknologi yang digunakan semakin cepat, mudah, dan efisien pembangunan dilakukan. Hal ini dapat mempercepat dan pembangunan maju semakin pesat.
3. STRUKTUR HUKUM PRANATA DI INDONESIA
  • Legislatif (MPR-DPR), pembuat produk hukum
  • Eksekutif (Presiden-pemerintahan), pelaksana perUU yg dibantu oleh Kepolisian (POLRI) selaku institusi yg berwenang melakukan penyidikan; JAKSA yg melakukan penuntutan
  • Yudikatif (MA-MK) sbglembaga penegak keadilan
  • Mahkamah Agung (MA) beserta Pengadilan Tinggi (PT) & Pengadilan Negeri (PN) se-Indonesia mengadili perkara yg kasuistik;
  • Sedangkan Mahkamah Konstitusi (MK) mengadili perkara peraturan PerUU
  • Lawyer, pihak yg mewakili klien utk berperkara di pengadilan, dsb.
B. APLIKASI / CONTOH HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN

Aplikasi atau contoh dalam Hukum Pranata Pembangunan seperti Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). IMB adalah  perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum. Kewajiban setiap orang atau badan yang akan mendirikan bangunan untuk memiliki Izin Mendirikan Bangunan diatur pada Pasal 5 ayat 1 Perda 7 Tahun 2009.
IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncanakan sesuai dengan Tata Ruang yang telah ditentukan. Selain itu, adanya IMB menunjukkan bahwa rencana kostruksi bangunan tersebut juga dapat dipertanggungjawabkan dengan maksud untuk kepentingan bersama.
Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) .       

Jumat, 14 Februari 2014

Rangkuman Tugas I,II, dan III


RANGKUMAN TUGAS I,II dan III
·         TUGAS I Arsitek Berwawasan Lingkungan
MASALAH DAN DILEMA PERKEMBANGAN RUKO DALAM ARSITEKTUR LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN
Mengamati pertumbuhan rumah toko ( ruko , shophouse ) di JABOTABEK belakangan ini memberikan gambaran yang menarik . Didalamnya terlihat adanya aktifitas kota yang selalu ada dari sejak Jakarta masih kuno sehingga sampai sekarang . Tanpa memperhatikan bentuk bangunan tempat terjadinya aktifitas itu terlihat jelas terdapatnya dua aktifitas yang manusiawi sekali untuk komunitas kota . Perencanaan kota terkadang dari sejak semula telah mengakomodir bentuk bangunan untuk urutan pertumbuhan yang terakhir , yakni bangunan rumah toko yang lantai bawah untuk dagang ( atau dalam kata lain yang bercakupan lebih luas disebut untuk usaha) dan lantai atas untuk hunian baik2 lapis atau lebih apabila persil – persil tersebut berada pada sisi jalan yang direncanakan untuk kelebaran tertentu . Sedangkan pertumbuhan yang sifatnya secara ekonomi alamiah tidak selalu diartikan sebagai perkembangan rumah toko, namun merupakan perkembangan rumah dengan aktifitas ekonomi di dalamnya (home industry, home business dsb ) serta terjadi pada bangunan – bangunan rumah diareal perumahan
Masalahnya sekarang adalahkecenderungan itu masih terjadi dan Masalah dan Dilema Perkembangan Ruko Dalam ArsitekturLingkungan Perkotaan dan Permukiman Di Kawasan Jakarta dan sekitarnya mungkin akan terus terjadi pada kota – kota kita khususnya Jakarta .
Disini hanya dikemukakan berbagai permasalahan lingkungan yang timbul dari adanya perkembangan ruko di Jakarta dan sekitarnya . Sekarang RUKO sudah merupakan sebuah wabah yang melanda kota – kota besar di Indonesia . Keberadaan RUKO tidak menjadi masalah selama
bangunan itu berdiri terpencar dalam satu lingkungan . Gangguan – gangguan baru timbul jika ruko – ruko terkonsentrasi di satu tempat di tengah – tengah lingkungan yang semula tidak direncanakan untuk jenis bangunan semacam itu . Dampak negatif-nya yang paling menonjol adalah , kemacetan lalu lintas , penurunan keamanan , peningkatan kejorokan dan pencemaran visual lainnya . Contoh contohnya dapat kita jumpai diseluruh pelosok kota Jakarta .Suatu permukiman bukanlah hanya mengandung arti sebagai suatu tempat tinggal , tetapi merupakan suatu satuan yang kompleks yang melibatkan berbagai unsur – unsur kebudayaan yang mewujudkan bukan hanya kegiatan –kegiatan biologis saja tetapi juga berbagai kegiatan social , ekonomi , politik .agama dan sebagainya . Suatu permukiman dapat dilihat sebagai suatu dunia
tersendiri dimana warganya menemukan identitas mereka, merasa aman , nyaman , merasa sebagai makhluk sosial . Kemajuan jaman menuntut manusia kepada tuntutan kehidupan yang lebih efektif , efisien dan praktis . Hal ini mendorong berkembangnya ruko di seluruh penjuru dunia sebagai alternative hunian yang dengan kesederhanaan dan kepraktisannya dapat menampung segala aktifitas dengan skala ekonomi kecil , adanya efisiensi waktu dengan adanya percampuran fungsi hunian dan kerja , dengan efisiensi lahan dan kemudahan pembangunannya .
Metode Penelitian
Fokus Penelitian Diarahkan untuk mengetahui sejauh mana bangunan Rumah Toko di kawasan Jakarta memilki nilai falsafah arsitektur yang masih dipertahankan dalam perkembangan arsitektur Indonesia yang terus mengarah ke modern . Sedangkan untuk melihat perkembangan aspek desain Rumah Toko Kuno hingga ke bentuk yang lebih Modern dipergunakan Metode Fenomenologi karena akan dapat mengungkapkan ke ingintahuan peneliti berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat .
Objek Penelitian
Bangunan Rumah Toko yang mulai mengalami perubahan nilai degradasi dari segi estetika dan fungsi sehingga ” mencemari “ lingkungan sekitarnya dengan penggunaan elemen dekorasi warna dan penempatan yang tidak terencana dengan baik sehingga menimbulkan menurunnya “nilai” dan kualitas dari lingkungan permukiman yang berada di sekitar area ruko tersebut.
·         TUGAS II Prinsip Prinsip Ilmu Ekologi dalam Perancangan
Pendekatan Ekologi pada Rancangan Arsitektur,
sebagai upaya mengurangi Pemanasan Global.
1.      Latar belakang.
 Dalam alam, mahluk hidup akan bersuksesi dalam ekosistimnya dan berupaya mencapai kondisi yang stabil hingga klimaks. Kondisi stabil dan klimaks terjadi bila hubungan timbal balik antara mahluk hidup  dan lingkungannya berjalan dengan mulus, yaitu berarti semua kebutuhan hidupnya terpenuhi. Manusia sebagai mahluk hidup juga merupakan ekosistim yang bersuksesi dan ingin hidup stabil dan mencapai klimaks. Populasi manusia meningkat dengan cepat disertai dengan kemanjuan teknologi yang meningkat pesat, maka terjadilah pemanfaatan sumber daya alam secara besar-besaran dengan teknologi yang paling ekonomis, sehingga menimbulkan dampak yang tidak semuanya bisa diterima oleh alam. Kepadatan dan pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan pangan dan lahan menjadi meningkat dan berakibat pada kerusakan alam dan hutan. Di Indonesia, menurut data dari Green Peace, setiap 1 jam kerusakan hutan mencapai seluas 300 lapangan bola, hal ini merupakan faktor utama meningkatnya laju emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Padahal hutan merupakan paru-paru bumi dengan menyerap CO2 dan diolah menjadi O2. Menyusutnya luas hutan membuat konsentrasi CO2 merupakan salah satu pemicu suhu bumi meningkat. Disamping itu, rusaknya hutan berarti semua siklus ekosistim yang tergantung pada hutan dan yang terkandung didalam tanah juga terganggu. Kepadatan penduduk dibumi juga meningkatkan industri dan transportasi yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari sumber daya alam tak terperbarui dalam  jumlah besar, yaitu energi. Industri dan transportasi mengeluarkan emisi atau gas buang dari hasil proses pembakaran energi. Emisi dalam jumlah terbesar adalah CO2 mencapai 80% dari total gas emisi pembakaran bahan bakar. Dari parahnya kerusakan hutan dan melambungnya emisi dari gas buang dari industri dan transportasi membuat konsentrasi CO2 menggantung diudara dan menebalkan lapisan atmosfer, sehingga panas matahari terperangkap dan mengganggu pelepasan panas bumi keluar atmosfer.
 Kondisi ini juga berakibat pada turunnya hujan yang mengandung asam yang disebut sebagai hujan asam yang membahayakan kelangsungan mahluk hidup. Dari semua kondisi di bumi tersebut suhu permukaan bumi meningkat dan  menimbulkan efek yang signifikan yaitu perubahan iklim yang drastis, dan pemanasan global.. Menurut Al-Gore, semenjak revolusi industri dalam kurun waktu 20 tahun, suhu bumi meningkat 2 derajat, pada tahun 2100 diperkirakam naik sampai 58 derajat. Pemanasan global yang terjadi diperkirakan dapat mencairkan es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Menurut Green Peace,akibat pemanasan global akan mencairkan es di kutub, yang diperkirakan pada tahun 2030, sekitar 72 hektar daerah di Jakarta akan digenangi air. Tahun 2050, kemungkinan 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Semua kondisi ini diawali oleh kerusakan ekosistim di alam yang sangat parah, mulai habisnya sumber daya alam yang tak terperbarui, dan rusaknya sumber daya alam
lainnya.
Kondisi ini merupakan suatu bencana ekologis yang akan mengancam kualitas hidup manusia karena merupakan penunjang kehidupan manusia. Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat hanya dikurangi dengan upaya penggunaan energi yang efisien saja, tetapi harus ada upaya lain yang berpihak pada penggunaan sumber daya alamsecara keseluruhan dengan menjaga  keberlangsungan sumber daya alam. Kerusakan alam yang secara ekologis sudah demikian parah, kini sudah saatnya dipikirkan dengan pendekatan dengan pengertian
kearah ekologi. Manusia diharapkan menjaga dan memelihara kelestarian alam, pada setiap kegiatannya terutama yang berkaitan sumber daya alam. Upaya tersebut harus dilakukan oleh setiap manusia disegala kegiatannya untuk menyelamatkan kualitas alam yang akan menjamin kualitas hidup manusia Pada setiap rancangan kegiatan manusia termasuk rancangan bangunan diharapkan juga berpihak pada keselarasan dengan alam, melalui pemahaman terhadap alam. Pemahaman terhadap alam dengan menggunakan pendekatan ekologis diharapkan mampu menjaga keseimbangan alam. Demikian pula pada rancangan bangunan secara arsitektur sangat perlu keselarasan dengan alam karena secara global bangunan diperkirakan menggunakan 50% sumber daya alam, 40% energi dan 16% air, mengeluarkan emisi CO2 sebanyak 45% dari emisi yang ada. Rancangan arsitektur juga mengubah tatanan alam menjadi tatanan buatan manusia dengan sistim-sistim dan siklus-siklis rancangan manusia yang tidak akan pernahidentik dengn sistim-sistim dan siklus-siklus alam
2.Pemahaman terhadap Alam.
Dalam lingkungan alam, terdapat berbagai ekosistim dengan masing-masing siklus hidupnya, dimana siklus hidup setiap makhluk hidup mempunyai hubungan timbal balik dengan yang organik dan anorganik, demikian juga dengan manusia. Manusia untuk kelangsungan hidupnya juga membutuhkan penunjang kehidupaan yang organik dan anorganik. Yang organik adalah semua yang berasal dari alam dan dapat kembali kealam, tetapi yang menjadi masalah adalah yang anorganik, yaitu penunjang dalam bentuk fisik, seringkali tidak selaras dengan sistim alamiah. Ketidak selarasan dengan sistim yang alamiah dapat memicu berbagai macam perubahan di alam. Oleh karena itu perlu adanya suatu sikap memahami perilaku alam yaitu memperhatikan bagaimana ekosistim-ekosistim dialam bersuksesi. Sistem-sistem di alam pada umumnya mempunyai siklus-siklus tertutup dan apabila dari siklus tersebut mengalami gangguan sampai batas tertentu masih mampu untuk beradaptasi. Tetapi bila sudah melampau
batas kemampuan adaptasi, maka akan terjadi perubahan-perubahan, transformasi dan sebagainya. Perubahan siklus di alam akan berdampak pada kualitas hidup manusia.
Kebutuhan hidup manusia dalam bentuk fisik seringkali memanfaatkan sumber daya alam, seperti energi dan bahan bangunan tetapi juga memberikan dampak yang seringkali tidak dapat diterima oleh alam. Apalagi dengan jumlah populasi manusia yang berkembang pesat dan kemajuan teknologi yang makin canggih. Hal ini mempercepat turunya kualitas alam dan rusaknya siklus ekosistim didalamnya. Dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam bentuk fisik salah satunya adalah bangunan serta sarana dan prasarna sebagai wadah berlindung dan beraktivitas Bangunan didirikan berdasarkan rancangan yang dibuat oleh manusia yang seringkali lebih menekankan pada kebutuhan manusia tanpa memperhatikan dampaknya terhadap alam sekitarnya. Seharusnya manusia sadar betapa pentingnya kualitas alam sebagai
penunjang kehidupan, maka setiap kegiatan manusia seharusnya didasarkan pada pemahaman terhadap alam termasuk pada perancangan arsitektur. Pemahaman terhadap alam pada rancangan arsitektur adalah upaya untuk menyelaraskan rancangan dengan alam, yaitu melalui memahami perilaku alam., ramah dan selaras terhadap alam. Keselarasan dengan alam merupakan upaya pengelolaan dan menjaga kualitas tanah, air dan udara dari berbagai kegiatan manusia, agar siklus-siklus tertutup yang ada pada setiap ekosistim, kecuali energi tetap berjalan untuk mengha
silkan sumber daya alam. Manusia harus dapat bersikap transenden dalam mengelola alam, dan menyadari bahwa hidupnya berada secara imanen dialam. Akibat kegiatan atau perubahan pada kondisi alamiah akan berdampak pada siklus-siklus di alam. Hal ini dimungkinkan adanya perubahan dan transformasi pada sumber daya alam yang dapat bedampak pada kelangsungan hidup manusia Pemikiran rancangan arsitektur yang menekankan pada ekologi, ramah terhadap alam, tidak boleh menghasilkan bangunan fisik yang membahayakan siklus-siklus tertutup dari ekositim sebagai sumber daya yang ada ditanah, air dan udara. Didalam ranah arsitektur ada pula konsep arsitektur yang menyelaraskan dengan alam melalui menonjolkan dan melestarikan potensi, kondisi dan sosial budaya setempat atau lokalitas, disebut dengan arsitektur vernacular. Pada konsep ini rancangan bangunan juga menyelaraskan dengan alam, melalui bentuk bangunan, struktur bangunan, penggunaan material setempat, dan sistim utilitas bangunan yang alamiah serta kesesuaian terhadap iklim setempat. Sehingga dapat dikatakan arsitektur vernacular, secara tidak langsung juga menggunakan pendekatan ekologi. Menurut Anselm (2006), bahwa arsitektur vernacular lebih menonjolkan pada tradisi, sosialbudaya
 masyarakat sebagai ukuran kenyamanan manusia. Oleh karena itu arsitektur vernacular mempunyai bentuk atau style yang sama disuatu tempat tetapi berbeda dengan ditempat yang lain, sesuai tradisi dan sosial budaya masyarakatnya. Contohnya rumah-rumah Jawa dengan bentuk atap yang tinggi dan bangunan yang terbukauntuk mengatasi iklim setempat dan sesuai dengan budaya yang ada, kayu sebagai material setempat dan sedikit meneruskan radiasi matahari. Arsitektur vernacular keselarasan terhadap alam sudah teruji dalam kurun waktu yang
lama, sehingga sudah terjadi keselarasan terhadap alam sekitarnya. Pada arsitektur vernacular, wujud bangunan dan keselarasan terhadap alam lahir dari konsep social dan budaya setempat.
·         TUGAS III Bangunan Hemat Energi
RUMAH TROPIS HEMAT ENERGI
BENTUK KEPEDULIAN GLOBAL WARMING
Salah satu penyebab pemanasan global adalah peningkatan emisi CO2 di atmosfer. Kondisi semacam ini membuat bumi semakin panas dan mempengaruhi keseimbangan kehidupan di masa yang akan datang, es di kutub mencair, permukaan air laut naik hingga terciptanya badai angin dan sederetan bencana di masa datang. Membiarkan kondisi lingkungan seperti itu, berarti kita siap menelantarkan masa depan anak-anak dan cucu kita kelak dengan warisan lingkungan yang semakin jelek.
Pemakaian listrik dari pembangkit berbahan bakar fosil menjadi salah satu penyebab Pemanasan
Global tersebut, karena menambah peningkatan emisi CO2. Bangunan yang didisain dengan tidak memperhitungkan pemakaian listrik berkonstribusi terhadap perusakan lingkungan, padahal kebutuhan listrik tak bisa dihindari bila kondisi udara di luar semakin panas. Pengaruh iklim luar tersebut tertransmisi kedalam bangunan rumah tinggal dan menyebabkan beban pendinginan semakin besar. 40-50% energi listrik dalam rumah tinggal dibutuhkan untuk
proses pendinginan (Air Conditioner), prosentase ini akan semakin meningkat bila iklim luar semakin jelek.
           
Usaha penghematan listrik pada skala bangunan, paling mudah diterapkan pada skala rumah tinggal dengan mentraitment konfigurasi arsitekturalnya, karena 80% penyebab beban panas yang berasal dari luar dengan mempertimbangkan kembali disain sistem penerangan dan
Pendinginan hingga disain kulit bangunan. Tercapai 70% pengurangan konsumsi listrik dari pensimulasian antara model rumah yang respond dan tidak respond terhadap lingkungan. Dan lebih berhemat 30%-40% lagi bila rumah melibatkan unsur tanaman dan air.
Penelitian ini menegaskan, bahwa dari skala rumah tinggal sekalipun, terutama aspek
Pemakaian energi listrik dan disain rancangannya, berkonstribusi keperdulian dampak pemanasan global yang mendunia. “Lestarikan bumiku, kumulai dari rumah tinggalku
Referensi: http://finifio.wordpress.com